Kampung Pasir Peteuy Desa Umbulan Kecamatan Cikeusik menjadi saksi akan ketidaktegasan pemerintah terhadap keberadaan kelompok Ahmadiyah. Ratusan warga Kecamatan Cikeusik, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, menyerang jamaah Ahmadiyah di Desa Umbulan, Ahad (6/2) sekitar pukul 10.00 WIB. AKBP Alex Fauji Rasyad, Kepala Kepolisian Resor (Polres) Pandeglang menyatakan, situasi di Kampung Pasir Peuteuy, Kecamatan Cikeusik, Kabupaten Pandeglang kini sudah dikuasai dan terkendali. Paska bentrok antar warga setempat dengan jemaah Ahmadiyah.

"Saat ini kami sedang mendata dan melakukan verifikasi korban lainnya, apakah masih ada korban jiwa dan luka-luka," kata AKBP Alex Fauji Rasyad, Kapolres Pandeglang, seraya membenarkan adanya korban yang tewas sebanyak tiga orang dan puluhan luka parah yang saat ini sudah dilarikan ke Rumah Sakit di Kota Serang.

Kepala Badan Kesatuan Bangsa, Perlindungan Masyarakat dan Politik (Kesbanglinmaspol) Kabupaten Pandeglang, Futoni S, ketika dikonfirmasi, membenarkan kejadian tersebut. Futoni menjelaskan, bentrokan dipicu kedatangan sejumlah jamaah Ahmadiyah dari luar daerah. Akibat kejadian itu, dua kendaraan roda empat dibakar masa, satu unit dimasukan ke dalam jurang, dan satu unit rumah dirusak.

Sehari sebelumnya, yaitu pada Sabtu, (5/2) Suparman selaku pimpinan Ahmadiyah Kecamatan Cikeusik diamankan di Pos Polisi Sektor Cikeusik karena merasa terancam, namun pada hari Ahad (6/2) sejumlah 2 mobil asal Jakarta yang mengaku sebagai pengurus pusat Ahmadiyah mengklaim bahwa rumah yang selama ini ditempati oleh Suparman selaku pengurus Ahmadiyah Cikeusik Pandeglang adalah inventaris milik Ahmadiyah pusat.

Selaku Kepala Kesbanglinmaspol Kabupaten Pandeglang, Futoni S, menjelaskan, jumlah pengikut Ahmadiyah di Kecamatan Cikeusik sekitar 25 orang."Jumlah tidak banyak sekitar 25 orang, dan mereka sudah lama diimbau agar membubarkan diri, namun tidak pernah ditaati." katanya

Sementara itu, beberapa warga Desa Umbulan, dilokasi kejadian mengungkapkan bahwa mereka mengaku resah karena Jamaah Ahmadiyah pimpinan Suparman, terus menyebarkan ajaran Ahmadiyah, walaupun masyarakat sudah menegurnya beberapa kali.

"Kami warga Umbulan sangat resah dengan beragam aktivitas yang dilakukan oleh Jamaah Ahmadiyah didaerah ini, apalagi cukup banyak warga yang akhirnya ikut menjadi anggota jamaah itu,"ujar Yayat, warga Desa Umbulan, Kecamatan Cikeusik, Ahad (6/2).

Warga, kata Yayat, sebenarnya sudah meminta dengan baik-baik pada Parman, agar membubarkan Jamaah Ahmadiyah dan menghentikan kegiatannya itu. "Kami sudah meminta agar Parman membubarkan diri dan tidak menyebarkan ajaran itu pada warga, tapi tidak pernah ditanggapi," ujarnya.

Tapi, bukannya membubarkan diri, lanjut dia, Parman malah mengeluarkan pernyataan yang dianggap menantang warga, "Lebih baik mati dari pada membubarkan diri", dan terus melakukan kegiatan menyebarkan ajaran yang dibawa Mirza Ghulam Ahmad tersebut.

Karena Parman dan pengikutnya terus melakukan kegiatan dan berupaya mengajak warga menjadi anggota Ahmadiyah, kemudian beberapa tokoh masyarakat dan agama sepakat untuk mendatangi kediaman Parman, guna kembali mendesak agar membubarkan diri.

"Pada Ahad pagi (6/2), kami mendatangi rumah Parman, dan ternyata di rumah itu sudah ada puluhan Jamaah Ahmadiyah yang tidak kami kenali karena bukanlah warga Cikeusik. Mereka membawa senjata tajam, tak lama kemudian terjadilah bentrokan," katanya.

Tokoh masyarakat Cikeusik Lukman Hakim, menjelaskan bentrokan dipicu tindakan salah seorang anggota Jamaah Ahmadiyah yang membacok lengan kanan Sarta salah satu warga yang mencoba berdialog dengan orang-orang yang berada di kediaman Parman, hingga nyaris putus.

Sementara itu, H Embay Mulya Syarief selaku salah satu pimpinan MUI Provinsi Banten saat dihubungi mengatakan “MUI menyesalkan tindakan anarkis yang dilakukan oleh warga. Amar ma’ruf harus bil ma’ruf dan nahi munkar haruslah ghoiro munkar. Sebaliknya sudah selayaknya pemerintah bisa bertindak tegas dengan membubarkan Ahmadiyah tanpa menunggu kejadian serupa terulang lagi.”
You can leave a response, or trackback from your own site.

Dokumentasi Ghurabba